Hubunganperubahan sosial dengan perubahan kebudayaan yang menyangkut pembangunan Pembangunan merupakan sebuah perubahan yang direncanakan dan mempunyai tujuan serta periodeisasi yang jelas. Pada dasarnya pembangunan merupakan haruslah bertujuan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
- Perubahan dalam kehidupan manusia merupakan keniscayaan dan akan senantiasa terjadi. Seluruh masyarakat di dunia mengalaminya sehingga perubahan bisa dikatakan bersifat universal. Maka itu, perubahan masyarakat menjadi topik penting dalam kajian ilmu sosial, terutama sosiologi. Pengamatan dari sudut pandang sosiologi menyimpulkan bahwa perubahan dalam masyarakat tidak hanya menyentuh aspek sosial, melainkan juga budaya. Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan sering kali berjalan beriringan. Lantas, apa perbedaan perubahan sosial dan perubahan budaya? Meskipun berbeda, menukil Modul Konsep dan Pendekatan Perubahan Sosial terbitan UT, kedua jenis perubahan dalam masyarakat itu pada dasarnya tidak dapat dipisahkan. Melalui modul itu, Profesor Tahir Kasnawi dan Prof. Sulaiman Asang menulis, perubahan sosial dan budaya saling terkait karena setiap masyarakat adalah kumpulan manusia yang diikat oleh suatu kebudayaan. Adapun kebudayaan adalah wujud kesatuan cara merasa, berpikir, dan bertindak dari para warga anggotanya. Ketika perubahan sosial terjadi, maka semua segi kehidupan masyarakat bisa berubah. Perubahan tidak hanya mencakup organisasi lembaga masyarakat dan interaksi sosial, tapi juga cara berpikir serta bersikap dari para kenapa, dalam sosiologi, dikenal pula istilah perubahan sosial budaya, yang berarti gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Namun, kedua proses perubahan itu tetap dapat dibedakan. Mengutip laman Oxford Bibliographies, struktur sosial dan kebudayaan secara konseptual berbeda meski sama-sama dapat terimbas oleh perubahan dalam sistem sosial lebih berkaitan dengan jaringan hubungan dan interaksi antarorang di masyarakat. Sedangkan budaya mengacu kepada cara masyarakat berpikir dan menjalani kehidupan. Dimensi budaya sangat luas karena meliputi bahasa, pengetahuan, kepercayaan, tata nilai, norma, hingga paling mencolok antara perubahan sosial dan budaya terletak pada prosesnya. Mengutip penjelasan dalam Modul IPS terbitan Kemdikbud 202060, perubahan sosial lebih mudah terjadi daripada perubahan kebudayaan. Perubahan kehidupan sosial bisa lebih mudah terjadi karena masyarakat senantiasa menghadapi masalah baru yang membutuhkan penyelesaian. Berbagai perubahan pada aspek sosial sering kali segera memicu efek berantai yang membuat banyak bidang lain turut berubah. Sebagai contoh, ketika aktivitas ekonomi meningkat dan kesejahteraan lebih merata, jumlah orang yang mampu membeli mobil pun bertambah. Di sisi lain, kemajuan industri menyebabkan produksi mobil bisa dikerek dengan cepat. Akibatnya, terjadilah peningkatan jumlah mobil yang beroperasi. Efek berantainya adalah muncul kebutuhan pembangunan jalan baru, SPBU, pabrik suku cadang, hingga bengkel. Proyek jalan baru bisa memicu perubahan sosial lain karena terjadi penggusuran lahan milik sebagian masyarakat. Adapun menjamurnya pabrik perakitan mobil maupun suku cadang bisa memicu perubahan sosial berupa peralihan pekerjaan banyak orang dari petani atau pekerja informal menjadi buruh industri. Sebaliknya, perubahan kebudayaan masyarakat dapat lebih sulit atau lebih lambat terjadi. Sebab, kebudayaan menyangkut nilai dan norma yang tertanam di alam pikiran semua warga budaya hanya mungkin terjadi jika semua golongan masyarakat menerima perubahan dan beradaptasi dengan mengadopsi hal-hal baru, sehingga membuat nilai-nilai, norma, perilaku maupun kebiasaan turut berubah pula. Sebagai contoh, di kebudayaan Jawa, berlaku nilai, norma dan kebiasaan menghormati orang yang lebih tua. Budaya ini diterapkan lewat pemakaian bahasa lebih halus maupun sikap merendahkan tubuh saat bertemu dan bicara dengan orang-orang yang lebih tua. Sekalipun modernisasi dan perubahan sosial di bidang ekonomi, teknologi, hingga pendidikan telah lama dialami oleh masyarakat suku Jawa, budaya penghormatan pada orang tua seperti disebut di atas belum sepenuhnya lenyap. Penggunaan bahasa Jawa krama inggil untuk berbicara pada para orang tua, misalnya, masih lazim digunakan walau kini mulai terkikis. - Pendidikan Penulis Addi M IdhomEditor Iswara N Raditya perubahansosial adalah proses sosial yang di alami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan 0% found this document useful 0 votes2 views20 pagesOriginal TitleMakalah Perubahan Sosial dan Perubahan KebudayaanCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2 views20 pagesMakalah Perubahan Sosial Dan Perubahan KebudayaanOriginal TitleMakalah Perubahan Sosial dan Perubahan KebudayaanJump to Page You are on page 1of 20 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 18 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. MakalahPerubahan Sosial Budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1` Latar Belakang Perubahan dan dinamika merupakan suatu ciri yang sangat hakiki dalam masyarakat dan kebudayaan. Adalah suatu fakta yang tak terbantahkan, bahwa "perubahan" merupakan suatu penomena yang selalu mewarnai perjalanan sejarah setiap masyarakat dan kebudayaannya.
100% found this document useful 11 votes28K views29 pagesOriginal Titlemakalah perubahan sosial budaya masyarakatCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 11 votes28K views29 pagesMakalah Perubahan Sosial Budaya MasyarakatOriginal Titlemakalah perubahan sosial budaya masyarakatJump to Page You are on page 1of 29 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 19 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 24 to 26 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Padapostingan kali ini penulis akan melanjutkan bahasan Makalah Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya Bagi Kehidupan Masyarakat yang termasuk ke dalam Bidang Studi Perkembangan Masyarakat dan Budaya (PMB) yang didalamnya akan dibahas mengenai Pergeseran Nilai | Disintegrasi Sosial | Modernisasi, yang mudah-mudahan bermanfaat buat semuanya khususnya yang sudah mampir silaturahmi dan mau membaca
DAFTAR ISI 4. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi G. Proses-proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan 1. Penyesuaian Masyarakat terhadap Perubahan 2. Saluran-saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan 3. Disorganisasi Disintegrasi dan Reorganisasi Reintegrasi H. Arah Perubahan Direction of Change I. Modernisasi 1. Pengantar 2. Pengertian 3. Disorganisasi, Transformasi, dan Proses dalam Modernisasi BAB I PENDAHULUAN Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Tidak ada sekelompok masyarakat pun yang tidak berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun perubahan yang berkaitan dengan kebudayaan. Perubahan yang terjadi dalam bidang sosial pada suatu masyarakat sering dikenal dengan istilah perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ini dipengaruhi oleh banyak faktor dan juga perubahannya dapat menuju kea rah yang positif maupun menuju arah yang negatif. Dalam hal ini, berarti perubahan dapat membuat lebih baik, namun juga sebaliknya. Tentunya perubahan sosial yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor dan mempunyai berbagai dampak bagi kehidupan masyarakat. Dan para ahli mempunyai pendapat yang berbeda tentang perubahan sosial tersebut. Oleh karena itu, melalui makalah ini, kami ingin mengetahui bagaimana perubahan sosial dan contoh perubahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. BAB II PEMBAHASAN Perubahan Sosial dan Kebudayaan Perubahan-perubahan hanya akan dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan, lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan & wewenang, interaksi social dan sebagainya. A. PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Banyak para sosiolog dan ahli-ahli lainnya yang mengemukakan tentang teori-teori perubahan sosial dan kebudayaan 1. William F. Ogburn, mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. 2. Kingsley Davis, mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik. 3. Maclver, peruabahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial social relationships atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan equilibrium hubungan sosial. 4. Gillin dan Gillin, mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena peruabahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. 5. Emile Durkheim, perubahan sosial yang terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik. 6. Selo Soemardjan, perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, yang kemudian memengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya. B. TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Yang lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non periodik. Pokoknya, pendapat-pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian. Pitirim berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial, tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi perubahan-perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial premier yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya, kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya William F. Ogburn menekankan pada kondisi teknologis. Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan perubahan-perubahan sosial. Untuk mendapatkan hasil sebagaimana diharapkan, hubungan antara kondisi dan faktor-faktor tersebut harus diteliti terlebih dahulu. Penelitian yang obyektif akan dapat memberikan hukum-hukum umum perubahan sosial dan kebudayaan, disamping itu juga harus diperhatikan waktu serta tempatnya perubahan-perubahan tersebut berlangsung. C. HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN SOSIAL DAN PERUBAHAN KEBUDAYAAN Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Kingsley Davis mengatakan bahwa, “perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan”. Teori perubahan sosial dan budaya Karl Marx yang merumuskan bahwa perubahan sosial dan budaya sebagai produk dari sebuah produksi materialism, sedangkan Max Weber lebih pada sistem gagasan, sistem pengetahuan, sistem kepercayaan yang justru menjadi sebab perubahan. Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu berhubungan dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau perbaikan didalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan sangat erat. Meskipun dalam kenyataan dapat kita lihat bahwa perubahan kebudayaan tidak selamanya diikuti oleh perubahan sosial. Namun sukar untuk menentukan garis pemisah antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan, dan sulit dibayangkan jika terjadinya perubahan sosial tanpa didahului oleh suatu perubahan kebudayaan. Walaupun perubahan sosial dibedakan dari perubahan kebudayaan, tetapi pembahasan-pembahasan, mengenai perubahan sosial tidak akan mencapai suatu pengertian yang benar jika tidak mengaitkannya dengan perubahan kebudayaan yang terwujud dalam masyarakat yang bersangkutan. Hal yang sama juga berlaku dalam pembahasan-pembahasan mengenai perubahan kebudayaan. Akibat perubahan sosial tanpa dibarengi perubahan kebudayaan 1. Timbulnya masalah sosial 2. Timbulnya perubahan sikap hidup 3. Timbulnya krisis masyarakat Perubahan sosial melekat pada diri suatu masyarakat dengan kebudayaan, karena untuk a. Menghadapi masalah-masalah baru. b. Ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris. c. Lingkungan yang berubah Contoh masyarakat desa yang tadinya memiliki rasa solidaritas tinggi terhadap lingkungan seperti rajin gotong royong sekarang nilai-nilai itu telah hilang, mereka menggantikan keberadaan mereka saat gotong royong dengan uang. Perubahan sosial dan perubahan budaya mana yang lebih dulu terjadi Antara perubahan sosial dengan perubahan budaya saling berkaitan ketika perubahan sosial itu ada, maka perubahan budaya juga ada dan begitu sebaliknya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun dalam praktek di lapangan kedua jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan Soekanto, 1990. Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan Davis, 1960. Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto 1990, kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat. Soemardjan 1982, mengemukan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya berhubungan dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi tidak ada yang lebih dahulu ada atau muncul antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Keduanya muncul bersamaan, karena diantara keduanya tidak bisa dipisahkan dan saling ketergantungan. Contoh ketika teknologi semakin maju, banyak masyarakat menggunakan HP. Perubahan sosial terjadi karena globalisasi, maka perubahan kebudayaan juga terjadi dari menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak jauh, kini menggunakan HP. D. BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL Bentuk-bentuk Perubahan Sosial Budaya. Perubahan sosial budaya yang terjadi di dalam masyarakat sangat beragam. Secara umum, bentuk-bentuk perubahan sosial budaya dapat dibedakan sebagai berikut. 1. Perubahan lambat dan perubahan cepat a. Berdasarkan Perubahan lambat Evolusi adalah perubahan yang sangat lambat. Evolusi memerlukan waktu yang lama, di mana terdapat suatu rentetan perubahan-perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Pada evolusi, perubahan-perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu kehendak tertentu. Perubahan-perubahan tersebut terjadi oleh karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa-peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Contoh perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu Unilinier Theories of Evolution menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna. Universal Theories of Evolution menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu. Multilined Theories of Evolution menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian. b. Berdasarkan perubahan cepat Revolusi adalah perubahan yang sangat cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relative cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan. Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara sosiologis, agar suatu revolusi dapat terjadi, harus dipenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain seperti berikut. a Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan. Masyarakat harus memiliki perasaan tidak puas terhadap keadaan yang ada, dan tumbuh keinginan untuk meraih perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut. b Harus ada seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut. c Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat, kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas itu untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat. d Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat, artinya tujuan tersebut sifatnya konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Di samping itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak, misalnya, perumusan sesuatu ideology tertentu. e Harus ada “momentum” untuk melaksanakan revolusi, yaitu waktu yang tepat untuk memulai gerakan revolusi. Apabila “momentum” yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan contoh suatu revolusi yang “momentum”nya sangat tepat. Pada waktu itu, perasaan tidak puas di kalangan bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya dan ada pemimpin pemimpin yang mampu menampung keinginan-keinginan masyarakat sekaligus merumuskan tujuannya. Pada saat itu bertepatan dengan kekalahan Jepang melawan Sekutu. 2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar 1 Perubahan yang Kecil Pengaruhnya Perubahan ini berkaitan dengan perubahan pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Suatu perubahan dalam mode pakaian, misalnya, tak akan membawa pengaruh yang berarti bagi masyarakat secara keseluruhan karena tidak mengakibatkan perubahan dalam lembagalembaga kemasyarakatannya. 2 Perubahan-Perubahan yang Besar pengaruhnya Perubahan ini membawa pengaruh langsung atau menimbulkan pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Sebagai contoh, suatu proses industrialisasi pada masyarakat agraris, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada masyarakat. Berbagai lembaga-lembaga kemasyarakatan akan terpengaruh olehnya seperti dalam hal hubungan kerja, sistem kepemilikan tanah, hubungan-hubungan kekeluargaan, stratifikasi masyarakat, dan seterusnya. 3. Perubahan yang Dikehendaki Intented-Change atau Perubahan yang Direncanakan Planned-Change dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki Unintented-Change atau Perubahan yang Tidak Direncanakan Unplanned-Change. 1 Perubahan yang Dikehendaki Intended-Change atau Perubahan yang Direncanakan Planned-Change Perubahan yang dikehendaki sudah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Agent of change memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial. Dalam melaksanakan hal itu agent of change langsung tersangkut dalam tekanan tekanan untuk mengadakan perubahan, bahkan mungkin menyebabkan perubahan perubahan pula pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan, selalu berada di bawah pengendalian serta pengawasan agent of change tersebut. Cara-cara untuk mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan social engineering atau sering pula dinamakan social planning. 2 Perubahan-Perubahan Sosial yang Tidak Dikehendaki Unintended-Change atau Perubahan yang Tidak Direncanakan Unplanned-Change Perubahan ini terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat seperti membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasusu banjir bandang di sinjai, Kalimatan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan. Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan pemukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan para warganya mencari pemukiman baru. E. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN a. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri 1. Bertambah atau berkurangnya penduduk Pertambahan penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Missal, orang lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikenal. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain misalnya transmigrasi. Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya, dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, yang memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan. Perpindahan penduduk telah berlangsung berates-ratus ribu tahun lamanya di dunia ini. Hal itu sejajar dengan bertambahnya banyaknya manusia penduduk bumi ini. 2. Penemuan-penemuan baru Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur-unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian dari discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alasan atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu. Discovery baru berubah menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru itu. Apabila ditelaah lebih lanjut agi tentang penemuan baru, terlihat ada beberapa faktor pendorong yang dipunyai masyarakat, antara lain adalah a. Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaannya. b. Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan. c. Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat. Didalam setiap masyarakat tentu ada individu yang sadar akan adanya kekurangan dalam kebudayaan masyarakatnya. Sebagian orang menerima kekurangan-kekurangan tersebut sebagai hal yang diterima begitu saja. Sebagian orang yang tidak puas dengan keadaan akan tetapi tidak mampu memperbaiki keadaan tersebut. Mereka inilah yang kemudian menjadi pencipta-pencipta baru tersebut. 3. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu-kelompok, kelompok-kelompok. Pada umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu walaupun diakui tapi mempunyai fungsi sosial. Banyak timbul pertentangan antara kepentingan individu dengan kelompoknya, yang dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan. Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi pada generasi muda dengan generasi tua. Pertentangan-pertentangan demikian itu kerap terjadi, apabila pada masyarakat yang sedang berkembang dari tahap tradisional menuju ketahap modern. Generasi muda yang belum terbentuk kepribadiannya lebih mudah menerima dalam beberapa hal mempunyai taraf yang lebih tinggi. Keadaan demikian dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Misalnya, pergaulan bebas antara wanita dengan laki-laki, cara berpakaian, atau derajat wanita yang kian sama di dalam masyarakat dan lain-lain. 4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi Revolusi yang meletus pada Oktober 1917 di Rusia telah menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar Negara Rusia yang mula-mula mempunyai bnetuk kerajaan absolut berubah menjadi diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Segenap lembaga kemasyarakatan mulai dari bentuk Negara sampai keluarga batih, mengalami perubahan-perubahan yang mendasar. b. Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat 1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia Terjadinya gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain-lain mungkin menyebabkan masyarakatnya terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Missal, pada waktu dulu masyarakat dulu berburu kini berpindah ke pertanian. Sebab yang bersumber pada lingkungan alam, kadang-kadang disebabkan oleh tindakan manusia itu sendiri. Misalnya, penggunaan tanah yang sembrono tanpa memperhitungkan kelestarian humus tanah, penebangan hutan yang liar dapat menyebabkan banjir. Peperangan dengan Negara lain dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan karena biasanya Negara yang menang akan memaksakan kebudayaannya pada Negara yang kalah. Contohnya adalah Negara-negara yang kalah dalam Perang Dunia Kedua banyak sekali mengalami perubahan dalam lembaga kemasyarakatannya. Negara-negara yang kalah dalam Perang Dunia Kedua seperti Jerman dan Jepang mengalami perubahan-perubahan besar dalam masyarakat. 3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain Apabila sebab-sebab bersumber pada masyarakat lain, maka mungkin kebudayaan lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan hubungan timbal-balik, artinya masing-masing masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruhnya dari masyarakat yang lain itu. Apabila salah satu kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih maka yang terjadi adalah proses imitasi yaitu peniruan terhadap budaya lain. Mula-mula unsur-unsur tersebut ditambahkan kebudayaan asli namun lambat laun kebudayaan asli diubah dengan kebudayaan asing tersebut. F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JALANNYA PROSES PERUBAHAN Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu terdiri dari faktor pendorong dan penghambat yang dapat berasal dari dalam maupun luar masyarakat. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat. a. Faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan 1. Kontak dengan kebudayaan lain Perubahan sosial dan budaya akan berjalan dengan cepat apabila masyarakat sering melakukan kontak dengan kebudayaan lain. Salah satu proses yang mempercepat kontak dengan kebudayaan lain adalah proses difusi. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai semua masyarakat dapat menikmati kegunaannya. Selain difusi, proses yang mempercepat kontak sosial juga dapat terjadi karena akulturasi, namun akulturasi bersifat continue dan memerlukan hubungan dekat. 2. Sistem pendidikan yang maju Pendidikan formal sangat penting, karena dengan pendidikan formal masyarakat akan mendapatkan nilai-nilai tertentu untuk menerima hal-hal baru dan berpikir lebih rasional dan ilmiah serta cara pandang terhadap masalah yang lebih obyektif. 3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel, misalnya, merupakan pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya yang baru. Di Indonesia juga dikenal sistem penghargaan yang tertentu, walaupun masih dalam arti yang snagat terbatas dan belum merata. 4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang Masyarakat yang memiliki sikap toleransi cenderung akan mudah menerima hal-hal yang baru, sehingga proses perubahan sosial budaya akan berjalan lebih cepat karena masyarakat sangat toleran dengan perilaku menyimpang. Dalam hal ini dapat berupa penyimpangan positif maupun negatif. Contoh dahulu pekerjaan sopir hanya dilakukan oleh seorang laki-laki, namun sekarang ini masyarakat tidak merasa risih apabila perempuan bekerja sebagai sopir. 5. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka Dengan sistem stratifikasi terbuka maka hal itu akan memberikan kesempatan adanya gerak sosial vertical dan peluang yang luas bagi individu untuk meningkatkan diri untuk maju dan berusaha menaikkan status sosial dalam masyarakat. Contoh seorang anak yang terlahir dari keluarga petani miskin, dengan kemampuan secara akademis anak itu mendapatkan pekerjaan yang bagus. Dengan begitu anak itu mampu menaikkan status sosial dirinya dan keluarganya. 6. Penduduk yang heterogen Dalam masyarakat heterogen yang memiliki latar kebudayaan, ras dan ideologi yang berbeda akan mudah dan sering terjadi pertentangan yang akan memicu terjadinya perubahan tersebut. Contoh masyarakat di perkotaan di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda-beda kebudayaan. Misalnya Suku Batak, Jawa, Bugis, dsb. Dengan keadaan itu masyarakat sering berinteraksi dan memungkinkan terjadi perubahan. 7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu Ketidakpuasan ini baik dalam sistem kemasyarakatan, ekonomi dan keamanan akan mendorong masyarakat melakukan perubahan sistem yang ada dengan cara menciptakan sistem baru agar sesuai dengan kebutuhan. Contoh masyarakat tidak puas dengan kebijakan ekonomi dari pemerintah, kemudian masyarakat menyampaikan aspirasi terhadap pemerintah melalui DPR. Seseorang dalam masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa masa yang akan datang berbeda dengan masa sekarang sehingga masyarakat berusaha menyesuaikan diri baik yang sesuai keinginannya. Untuk itu masyarakat umumnya berusaha melakukan perubahan-perubahan agar dapat menerima masa depan. Contoh sekarang ini masyarakat harus berusaha memperbaiki keadaan ekonomi karena untuk menghadapi krisisglobal. 9. Nilai meningkatkan taraf hidup Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya. b. Faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan 1. Kurangnya berhubungan dengan masyarakat-masyarakat lain Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya kebudayaannya sendiri. Hal itu juga menyebabkan para warga masyarakat terkungkung pola-pola pemikirannya oleh tradisi. Contoh masyarakat suku pedalaman akan sulit mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain karena kurang dan sulit berkomunikasi. 2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat tersebut terasing dan tertutup atau mungkin karena lama dijajah oleh masyarakat lain. Contoh masyarakat kelas bawah sulit mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga pemikirannya kurang terbuka. 3. Sikap masyarakat yang tradisionalistis Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa tradisi secara mutlak tak dapat diubah menghambat jalannya proses perubahan. Keadaan tersebut akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh golongan konservatif. Contoh di zaman modern ini masih banyak masyarakat yang mengkaitkan keadaan alam dengan hal-hal yang irasional, walaupun sebenarnya fenomena alam itu dijelaskan secara ilmiah. 4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti aka nada sekelompok orang yang menikmati kedudukan perubahan-perubahan. Misalnya dalam masyarakat feodal dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami tradisi. Dalam hal yang terakhir, ada golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sukar sekali bagi mereka untuk melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan. 5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi semua unsur suatu kebudayaan bersifat sempurna. Beberapa perkelompokan unsur-unsur tertentu mempunyai derajat integrasi tinggi. Maksudnya unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi dan menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu masyarakat. 6. Prasangka terhadap sesuatu yang baru/asing Sikap yang demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah bangsa-bangsa barat. Mereka sangat mencurigai sesuatu yang berasal dari barat karena tidak pernah bisa melupakan pengalaman-pengalaman pahit selama penjajahan. Kebetulan unsur-unsur baru kebanyakan berasal dari barat, sehingga prasangka kian besar lantaran khawatir bahwa melalui unsur-unsur tesebut penjajahan bisa masuk lagi. Contoh sebagian masyarakat masih mempunyai anggapan bahwa munculnya internet adalah salah satu bentuk penjajahan bangsa barat melalui media elektronik. Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideology masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut. Contoh masyarakat Minang menganut matrialisme, maka masyarakat akan sulit menerima ideologi baru bahwa derajatnya lebih tinggi. Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut efektif lagi di dalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk diubah. Contoh seorang ibu yang hidup dalam masyarakat desa telah terbiasa menumbuk pada secara manual, walaupun sekarang telah ada adat yang lebih efisien namun kebanyakan masyarakat enggan menggunakannya. Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki. G. PROSES-PROSES PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN 1. Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan Keserasian atau harmoni dalam masyarakat social equilibrium merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan adanya ketentraman, karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat dapat menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannya dengan maksud menerima unsur yang baru. Akan tetapi, kadang kala unsur yang baru dipaksakan masuknya oleh suatu kekuatan. Apabila masyarakat tidak dapat menolaknya karena unsur baru tersebut tidak menimbulkan kegoncangan, pengaruhnya tetap ada, akan tetapi sikapnya dangkal dan hanya terbatas pada bentuk luarnya. Norma-norma dan nilai-nilai sosial tidak dapat berfungsi secara wajar. Adakalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga masyarakat. Itu berarti adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa ketegangan-ketegangan serta kekecewaan diantara pada warga tidak mempunyai saluran pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian adjustment bila sebaliknya yang terjadi maka dinamakan ketidak penyesuaian sosial maladjustment yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie. Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga-lembaga kemasyarakatan dan penyesuaian dan individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Yang pertama menunjuk pada keadaan, dimana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. Sedangkan yang kedua menunjuk pada usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah diubah atau diganti, agar terhindar dari disorganisasi psikologis. Di minangkabau misalnya dimana menurut tradisi wanita mempunyai kedudukan penting karena garis keturunan yang matrialineal, terlihat adanya suatu kecenderungan dimana hubungan antara anggota keluarga batih lebih erat. Hubungan antara anak-anak dengan ayahnya yang semula dianggap tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah dianggap sebagai orang luar cenderung menguat. 2. Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dan seterusnya. Lembaga-lembaga kemasyarakatan menjadi titik tolak, tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa yang tertentu. Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu perubahan dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau dengan singkat mengalami proses institutionalization pelembagaan 3. Disorganisasi disintegrasi dan reorganisasi reintegrasi Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu kebulatan, misalnya masyarakat agar dapat berfungsi sebagai organisasi, harus ada keserasian antar bagian-bagiannya. kriteria terjadinya disorganisasi antara lain terletak pada persoalan apakah organisasi tersebut berfungsi secara semestinya atau tidak baik, masalah lain yang sering timbul adalah disorganisasi dalam masyarakat acapkali dihubungkan dengan moral yaitu anggapan-anggapan tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Suatu disorganisasi atau disintegrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, karena perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan. Tahap reorgansasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga institutionalized dalam diri warga masyarakat. Berhasil tidaknya proses pelembagaan institutionalization = efektivitas menanam – kekuatan menentang masyarakat. b. Suatu gambaran mengenai disorganasasi dan reorganisasi Suatu contoh adalah norma-norma dalam lalu lintas. Sopan santun berlalu lintas yang secara minimal menyangkut ketaatan seseorang pengemudi atau orang yang jalan kaki. Pada umumnya terlihat adanya suatu kecenderungan untuk melanggar peraturan-peraturan tersebut, padahal peraturan bertujuan untuk menjaga keselamatan masyarakat, termasuk pengemudi dan orang-orang yang berjalan kaki. Hal ni paling tidak dapat dijadikan suatu indeks terhadap keadaan sampai dimana disorganisasi masih berlangsung padahal telah ada reorganisasi. c. Ketidakserasian perubahan-perubahan dan ketertinggalan budaya cultural lag Ada unsur-unsur yang cepat berubah, tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Biasanya unsure-unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah daripada unsure-unsurkebudayaan rohaniah. Misalnya, suatu perubahan dalam cara bertani, tidak berpengaruh pada tarian-tarian tradisional. Suatu teori tentang ketertinggalan budaya cultural lag dari William F. Ogburn, menyatakan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhannya seperti diurai sebelumnya, sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara taraf kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat dinamakan ketertinggalan kebudayaan cultural lag dan unsur masyarakat korelasi, tidak sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya. Ketertinggalan kebudayaan juga berarti sebagai jangka waktu antara terjadi dan diterimanya penemuan baru. Atau dipakai untuk menunjukkan pada tertinggalnya suatu unsur lainnya yang berkaitan erat hubungannya. H. ARAH PERUBAHAN Direction of Change Gerak perubahan adalah perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi, setelah meninggalkan faktor itu, mungkin perubahan bergerak kepada sesuatu bentuk yang sama sekali baru, atau mungkin pula bergerak kea rah suatu bentuk yang sudah ada didalam waktu lampau. Sebagai contoh, perkembangan industry music saat ini mengalami kemajuan yang luar biasa. Banyak jenis-jenis aliran music yang kita kenal, mulai dari pop, rock, jazz, dangdu, heavy metal, ska, hip-hop, punk, dll. Tapi saat ini ada jenis music baru yang sedang trend di kalangan anak muda Indonesia yaitu The Changcuter. Lagu mereka berjenis rock n’roll yang pernah dipopulerkan Rolling Stone dan mengikuti aksi panggung Mick Jagger dan Jim Morrisson. Akan tetapi lagu mereka rata-rata bertema komedi. Hal tersebut tentu berbeda dengan generasi sebelum mereka yang biasanya bertema sosial dan cinta. Secara historis, modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik. Negara-negara atau masyarakat-masyarakat modern pun yang sedang menjalani proses tersebut telah berkembang dari aneka warna masyarakat tradisional. Setiap Negara-negara atau masyarakat-masyarakat mengalami persoalan berbeda-beda dalam menghadapi modernisasi sesuai dengan hukum situasi, pasti ada unsur-unsur yang sama dan berlaku universal. Menyangkut Indonesia yang mengalami modernisasi melalui perubahan-perubahan yang direncanakan. Misalnya dari orde lama ke orde baru, orde baru ke zaman reformasi. 2. Pengertian Modernisasi Pengertian modernisasi mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil. Modernisasi merupakan suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada perencanaan. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat, karena di dalam prosesnya meliputi bidang yang luas, menyangkut proses disorganisasi, problema-problema sosial, konflik antar kelompok, hambatan-hambatan terhadap perubahan, dan sebagainya. 3. Disorganisasi, Transformasi, dan Proses Modernisasi Di dalam proses modernisasi akan muncul disorganisasi pada masyarakat. Hal tersebut akan menjadi masalah-masalah sosial. Masalah sosial diartikan sebagai penyimpangan terhadap norma-norma kemasyarakatan. Disamping itu, perlawanan terhadap transformasi misalnya keyakinan yang kuat terhadap kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran terhadap penyimpangan-penyimpangan, pendidikan dan perkembangan ilmiah yang tertinggal, merupakan faktor-faktor yang menghambat modernisasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang berpengaruh pada modernisasi adalah sikap dan nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur yang baru, dan kesepadanannya dengan unsur-unsur kebudayaan yang ada. Ada kemungkinan modernisasi bertentangan dengan kebudayaan yang ada. Selain itu, ada kemungkinan modernisasi menggantikan unsur-unsur yang lama. 4. Syarat-syarat modernisasi Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi pada masyarakat. Tetapi masyarakat akan bisa reorganisasi jika modernisasi bersifat preventif mencegah dan konstruktif membangun. Syarat-syarat suatu modernisasi adalah sebagai berikut 1. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat. 2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi. 3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. 4. Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. 5. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan dilain pihak berarti pengurangan kemerdekaan. 6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan social planning Apabila itu tidak dilakukan, perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dari kepentingan-kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam masyarakat. BAB III PENUTUP Dari konsep teori dan pembahasan yang telah disebutkan, dapat diambil kesimpulan bahwa perbahan-perubahan sosial pada masyarakat juga membawa perubahan-perubahan pada kebudayaan. Berbagai bentuk perubahan sosial dan kebudayaan disetiap tempat dan daerah tidak sama, hal ini bisa dilihat dari kambat cepatnya perubahan, kecil besarnya perubahan dan pihak-pihak yang menginginkan perubahan. Banyak faktor yang bisa mengakibatkan perubahan sosial dan kebudayaan kemudian mempengaruhi jalannya proses perubahan tersebut. Setiap perubahan sosial dan kebudayaan pasti akan menimbulkan disorganisasi, reorganisasi dan cultural lag. Dewasa ini sulit menentukan kearah mana masyarakat berkembang. Salah satu jenis arah perubahan adalah modernisasi. Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi pada masyarakat. Tetapi masyarakat akan bisa reorganisasi jika modernisasi bersifat preventif mencegah dan konstruktif membangun.
Adaberbagai bentuk perubahan sosial budaya yang dapat dikelompokkan sebagai berikut. a. Berdasarkan Kecepatan Perubahan. 1). Evolusi. Evolusi adalah perubahan-perubahan yang memerlukan waktu yang lama,dimana terdapat suatu rentetan perubahan-perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. 2). Revolusi.
83% found this document useful 18 votes19K views22 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?83% found this document useful 18 votes19K views22 pagesMakalah Perubahan Sosial BudayaJump to Page You are on page 1of 22 ~ 1 ~ BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Pada dasarnya, setiap kehidupan masyarakat senantiasa mengalami suatuperubahan. Perubahan-perubahan ini menjadi fenomena yang wajar dalam kehidupanbermasyarakat. Hal ini dikarenakan setiap manusia mempunyai kepentingan yangtidak terbatas. Untuk mencapainya, manusia melakukan berbagai perubahan-perubahan. Perubahan bukan semata-mata berarti suatu kemajuan, namun dapat pulaberarti suatu kemunduran. Secara umum, unsur-unsur kemasyarakatan yangmengalami perubahan antara lain nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-polaperilaku, organisasi sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan, stratifikasi sosial,kekuasaan, tanggung jawab, kepemimpinan, dan sebagainya. Kesemua perubahan inidinamakan perubahan perubahan sosial itu sendiri merupakan suatu proses yangbermula sejak manusia hidup bermasyarakat. Proses itu tidak pernah berhenti sampaikapan pun, karena manusia selalu menciptakan hal-hal baru dalam hidupnya. Jadi,perubahan sosial bersifat konstan atau tetap. Artinya, perubahan sosial terjadi terusmenerus tanpa henti. Menurut Paul B. Horton 1999, tidak ada satu masyarakat punyang generasi barunya meniru atau mengambil alih seratus persen kebudayaangenerasi sebelumnya. Kondisi sosial dikatakan berubah apabila struktur sosialmengalami perubahan secara signifikan berarti. Perubahan jangka pendek dalan halturun naiknya jumlah pengangguran bukan merupakan perubahan sosial. Perubahanmode, fashion, atau perubahan perilaku dan gagasan yang bersifat sementara jugabukan termasuk perubahan sosial. Denikian juga proses pemilihan umum untuk mengganti pemerintah juga bukan perubahan sosial. Akan tetapi, apabila setelahpemilihan umum terjadi kudeta, misalnya muncul seorang pemimpin pemerintahanyang bersifat otoriter dan diktator sehingga struktur pemerintahan berubah, barulahdapat disebut telah terjadi perubahan sosial. ~ 2 ~ Masyarakat baru dapat dikatakan mengalami perubahan, apabila terjadiketidaksamaan antara keadaan di masa lampau dengan sekarang dalam waktu yangcukup lama. Masyarakat yang selalu mengalami perubahan relatif cepat disebutmasyarakat dinamis, misalnya masyarakat mempelajari perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat, perludiketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebihmendalam sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanyasesuatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan. Faktor penyebab yang berasaldari dalam masyarakat sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlahpenduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat, terjadinyapemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat adalahlingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat lain. B. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akandibahas dalam makalah ini adalah 1. Apa hakekat perubahan sosial?2. Bagaimana bentuk perubahan sosial?3. Apa faktor pendorong, penghambat dan penyebab perubahan sosial?4. Bagaimana proses perubahan sosial? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui 1. Hakekat perubahan sosial2. Bentuk perubahan sosial3. Faktor pendorong, penghambat dan penyebab perubahan sosial4. Proses perubahan sosial ~ 3 ~ BAB IIPEMBAHASANA. Hakekat Perubahan Sosial Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembagalembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistemsosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok kelompok dalam masyarakat Selo Soemardjan 1974. Hal ini dikarenakan sifatperubahan sosial yang berantai dan saling berhubungan antara satu unsur denganyang unsur kemasyarakatan yang lainnya. Pengkajian mengenai perubahan sosialrelatif luas dan kompleks. Oleh karenanya, beberapa ahli sosial berusahamendefinisikan pengertian perubahan sosial sebagai berikut 1. Kingsley Davis Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam strukturdan fungsi masyarakat. 2. William F. Ogburn Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaanbaik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dariunsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. 3. Mac Iver Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungansocial relation atau perubahan terhadap keseimbangan equilibrium hubungansosial. 4. Gillin dan Gillin Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari carahidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi,kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusiatau penemuanpenemuan baru dalam masyarakat. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Selainitu, seorang Rizki Putra, 2002), hlm. 113-114. 30 Dakwah dan Perubahan Sosial fda'i harus memiliki sifat lain seperti takwa, ikhlas, sabar, berani, qana'ah, tawadhu', bijaksana, dan lain sebagainya.41 Sifat ini harus melekat dalam diri seorang da'i dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
KATA PENGANTAR Alhamdulilah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan deadline yang sudah ditentukan. Makalah ini berisikan tentang Pengertian Perubahan Sosial Budaya, Faktor internal dan ekstrenal serta factor pendorong dan penghambat perubahan social budaya. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hermawan, selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Sosial yang telah memberi kesempatan dan kepercayaannya kepada kami untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini. Sehingga kami memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama kami membuat dan menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kepada seluruh rekan kami yang membantu penyelesaian makalah ini baik berupa bantuan moril maupun materil. Setelah itu kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca meskipun terdapat banyak kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami meminta maaf sebesar-besarnya kepada pihak pembaca maupun pengoreksi jika terdapat kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun kesalahan lain yang tidak berkenan di hati pembaca mupun pengoreksi, karena hingga saat ini kami masih dalam proses belajar. Oleh karena itu kami memohon kritik dan sarannya demi kemajauan bersama. Sukabumi, Desember 2012 Penyusun Kelompok 3 Roni Fardiansyah DAFTAR ISI Kata Pengantar ………………………………………………………………………… 1 Daftar isi ………………………………………………………………………………… 2 BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah …………………………………………………. 3 b. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………. 5 BAB II PEMBAHASAN a. Pengertian Perubahan Sosial Budaya…………………………………..6 b. Teori – teori Perubahan Sosial…………………..……………………… 7 c. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya………8 d. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial dan kebudayaan…..……………. ..9 e. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya………………………….12 f. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya ……………………… 16 g. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya .……………………. 18 h. Proses Perubahan Sosial Budaya…………………….……………….. 20 i. Sikap Kritis Masyarakat terhadap Perubahan Sosial Budaya………23 BAB III PENUTUP a. Kesimpulan ……………………………………………………………….25 b. Saran-saran ………………………………………………………………25 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di indonesia misalnya, akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah. Pernyataan demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang mendalam dan kurang tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang orang desa sudah mengenal perdagangan, alat-alat transport modern, bahkan dapat mengakui berita-berita menggenai daerah lain melalui radio, televisi, dan sebagainya yang kesemuanya belum dikenal sebelumnya. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut maka bilamana seseorang hendak membuat penelitian perlulah terlebih dahulu ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudnya dasar penelitiannya mungkin tak akan jelas, apabila hal tersebut tidak dikemukakan terlebih dahulu. Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat banyak sosiolog modern yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah perubahan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat. Masalah tersebut menjadi lebih penting lagi dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi yang di usahakan oleh banyak masyarakat Negara-negara yang memperoleh kemerdekaan politiknya setelah perang dunia II. Sebagian besar ahli ekonomi mula-mula mengira bahwa suatu masyarakat akan dapat membangun ekonominya dengan cepat, apabila telah dicukupi dan dipenuhi syarat-syarat yang khusus diperlukan dalam bidang ekonomi. Akan tetapi pengalaman mereka yang berniat untuk mengadakan pembangunan ekonomi dalam masyarakat-masyarakat yang baru mulai dengan pembangunan terbukti bahwa syarat-syarat ekonomis saja tak cukup untuk melancarkan samping itu diperlukan pula perubahan-perubahan masyarakat yang dapat menetralisasi faktor-faktor kemasyarakatan yang mengalami perkembangan. Hal ini dapat memperkuat atau menciptakan factor-faktor yang dapat mendukung pembangunan tersebut. Sebaliknya, perlu diketahui terlebih dahulu perubahan-perubahan di bidang manakah yang akan terjadi nanti sabagai akibat dari pembangunan ekonomi dalam masyarakat. Perubahan-perubahan di luar bidang ekonomi tidak dapat dihindarkan karena setiap perubahan dalam suatu lembaga kemasyarakatan akan mengakibatkan pula perubahan-perubahan di dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lainnya. Pada lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut selalu terkait proses saling mempengaruhi secara timbal balik. Para sosiologi pernah mengadakan klasifikasi antara masyarakat-masyarakat statis dan dinamis. Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang sedikit sekali mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat yang dinamis adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan dengan setiap masyarakat, pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis. Sedangkan pada masyarakat yang lainya, dianggap sebagai masyarakat yang dinamis. Perubahan-perubahan bukanlah semata-mata berarti suatu kemajuan progress namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang kehidupan tertentu. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut. Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang sering berjalan secara tersebut memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan. B. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui 1. Pengertian Perubahan Sosial Budaya 2. Teori-teori Perubahan Sosial 3. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya 4. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial Budaya 5. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya 6. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya 7. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya 8. Proses Perubahan Sosial Budaya 9. SIkap Kritis Masyarakat terhadap Perubahan Sosial budaya BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian perubahan sosial budaya Beberapa pakar mengemukakan pengertian perubahan sosial diantaranya sebagaiberikut 1. Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam sistem sosial adalah nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilakunya diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Selain itu Kingsley davis mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat. 2. William F Ogburn berusaha memberikan pengertian tertentu, walau tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. 3. Mac iver lebih suka membedakan antara utilitarian elements dengan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut diatas. Sebuah mesin ketik, alat pencetak, atau sistem keuangan, merupakan utilitarian elements, karena benda-benda tersebut tidak langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, tetapi dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Utilitarian elements disebutnya civilization. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material. Pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah, hukum dan seterusnya dimasukan ke dalam golongan tersebut. Cultur menurut Mac Iver adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama rekreasi dan hiburan. Sebuah potret, novel, drama, film, permainan, filsafat dan sebagainya, termasuk culture, karena hal-hal itu secara langsung memenuhi kebutuhan manusia. 4. Gillin dan gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koening mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur sosial dalam masyarakat, sehingga terbentuk tata kehidupan sosial yang baru dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Perubahan budaya adalah perubahan unsur-unsur kebudayaan karena perubahan pola pikir masyarakat sebagai pendukung kebudayaan yang berubah adalah sistem kepercayaan/religi, system mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan tehnologi, bahasa, kesenian, serta ilmu pengetahuan. B. Teori-teori perubahan sosial Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan social merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Yang lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non periodik. Pokoknya, pendapat-pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian. Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial , tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi perubahan-perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial premier yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainya William F. Ogburn menekankan pada kondisi tekhnologis. Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan perubahan-perubahan sosial. Untuk mendapatkan hasil sebagaimana diharapkan, hubungan antara kondisi dan faktor-faktor tersebut harus diteliti terlebih yang obyektif akan dapat memberikan hukum-hukum umum perubahan sosial dan kebudayaan, disamping itu juga harus diperhatikan waktu serta tempatnya perubahan-perubahan tersebut berlangsung. C. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan demikian tergantung dari adanya perbedaan pengertian dari masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat dijelaskan. Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, tekhnologi, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Sebagai contoh dikemukakanya perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial tersebut lebih merupakan perubahan kebudayaan ketimbang perubahan sosial. Masyarakat menurut kingsley davis adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi, dan bukan hubungan antara sel-sel, kebudayaan dikatakanya mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan oleh karena warisan yang berdasarkan keturunan. Apabila diambil definisi kebudayaan dari Tylor yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan. Keseniaan, moral, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan-perubahan kebudayaan adalah setiap perubahan dari unsur-unsur tersebut. Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, antara lain 1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat. 2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga lembaga sosial lainnya. 3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan di ikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru. 4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat. 5. Secara tipologis perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai a. Social proses the circulation of various rewards, facilities, and personnel in an existing structure. b. Segmentation the proliferation of structural units that do not differ qualitatively from existing units. c. Structural change the emerge of qualitatively new complexes of roles and organization d. Changes in group structure the shifts in the composition of groups, the level of consciousness of groups, and the relations among the groups in society. D. Bentuk-bentuk perubahan sosial dan kebudayaan Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu 1. Perubahan Evolusi Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat agraris. Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu • Unilinier Theories of Evolution menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna. • Universal Theory of Evolution menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu. • Multilined Theories of Evolution menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian. 2. Perubahan Revolusi Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan. Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain adalah • Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut. • Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut. • Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat. • Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak, misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut. • Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum pemilihan waktu yang tepat yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal. Contoh dari perubahan Revolusi adalah Kemerdekaan Indonesia merupakan revolusi dari Negara terjajah menjadi Negara merdeka. 3. Perubahan yang direncanakan atau dikehendaki Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga karena itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change. Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional PIN atau untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga berencana KB. 4. Perubahan yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki oleh terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan para warganya mencari permukiman baru. 5. Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil Perubahan berpengaruh besar Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian. Perubahan berpengaruh kecil Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan homolis. E. Faktor-faktor penyebab perubahan sosial dan kebudayaan Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya bukanlah merupakan faktor yang tunggal, tetapi menyangkut hal yang faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat. Soeryono Soekanto menyebutkan adanya faktor internal dan eksternal yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat. 1. Faktor internal a. Perubahan jumlah penduduk Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau jawa, menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakatnya, terutama tentang hal yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik atas tanah mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil, dan sebagainya, yang sebelumnya tidak dikenal. Sebaliknya, berkurangnya penduduk disebabkan karena berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lain misalnya transmigrasi. Perpindahan penduduk tersebut mangakibatkan kekosongan misalnya dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang selanjutnya dapat memperngaruhi lembaga-lembaga kemasyrakatan. b. Penemuan-penemuan baru Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan pada masyarakat meliputi beberapa hal berikut. 1 Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian individu dalam suatu masyarkat. Contoh penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-lain. 2 Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh masyarakat. Jadi, invention merupakan bentuk pengembangan dari discovery. Contoh mobil, kreta api, dan lain-lain. 3 Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru yang ditemukan tersebut sudah menyebar ke bagian-bagian masyarakat dan dikenal serta dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jadi, pada saat penemuan menjadi invention, proses inovasi belum selesai. Beberapa faktor yang mendorong terjadinya penemuan baru antara lain sebagai berikut 1 Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya. 2 Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan. 3 Perangsang untuk aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat c. Teknologi Teknologi dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat yaitu dapat mempengaruhi sebagian dari pikiran dan perilaku manusia yang akan membawa perubahan sosial budaya dalam kehidupannya. Contoh teknologi dalam industri tekstil dapat mempengaruhi cara berpakaian serta mode atau gaya berpakaian manusia. Dengan demikian sesungguhnya keberadaan teknologi telah banyak membantu atau memudahkan aktivitas manusia dan juga mengubah kehidupan manusia menuju keadaan yang lebih baik. Namun, dalam kenyataannya, teknologi juga dapat membawa pengaruh ke arah yang kurang baik dan justru dapat menyebabkan masalah baru yang lebih parah. Contoh teknologi komunikasi seperti dalam bentuk tayangan telivisi, jika tidak dapat diadaptasi dengan baik secara langsung dapat mengubah pola kehidupan sehari-hari masyarakat, misalnya gaya hidup, kekerasan, dan lainya. d. Pertentangan conflict Sebagai proses sosial, pertentangan conflict merupakan proses disosiatif, namun selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat berupa hal-hal berikut 1 Pertentangan antara individu di dalam masyarakat 2 Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat 3 Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat. 4 Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat Sebenarnya, hubungan antara pertentangan dengan perubahan sosial budaya bersifat timbal balik, yaitu pertentangan di suatu masyarakat dapat memungkinkan terjadinya perubahan sosial budaya, dan sebaliknya perubahan sosial budaya di dalam masyarakat dapat memungkinkan terjadinya pertentangan. e. Keterbukaan masyarakat Sifat masyarakat yang terbuka mempermudah masyarakat tersebut untuk menerima unsur-unsur baru atau menyerapnya dalam kehidupan sosial dan budayanya. Oleh karena itu, masyarakat yang bersifat terbuka akan mempermudah terjadinya perubahan-perubahan sosial maupun budaya. Contoh melalui pendidikan, seorang anak buruh bangunan dapat menjadi seorang dokter atau insinyur, sehingga dapat mengubah kondisi keluarganya, yakni mengangkat keluarganya untuk memiliki kehidupan sosial dan budaya yang lebih baik. f. Pemberontakan atau revolusi Revolusi ataupun pemberontakan merupakan faktor yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan sosial budaya yang besar. Contoh revolusi kemerdekaan Indonesia. 2. Faktor Eksternal a. Lingkungan alam lingkungan fisik Perubahan lingkungan alam fisik bukan karena faktor manusia dapat membawa perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana alam yang dahsyat dapat mengubah struktur sosial budaya masyarakat setempat. Contoh banjir dan gempa. Gempa dan gelombang tsunami yang memporak porandakan Aceh, menyebabkan beberapa penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi sehingga beralih profesi sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian di daerah tersebut b. Peperangan Perang menyebabkan pada banyak aspek. Pihak yang menang pada umumnya berupaya menerapkan norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap paling benar oleh masyarakat mereka. Contoh perang antara Amerika dan sekutu terhadap Irak. Amerika dan sekutu sebagai pihak yang menang, berupaya mempengaruhi sistem politik, sosial , dan budaya Iraq. Hal ini menyebabkan perubahan pemerintahan Iraq termasuk perubahan kehidupan sosial negara Iraq seperti emansipasi kaum perempuan Iraq. c. Kontak kebudayaan dengan masyarakat lain Kontak kebudayaan antar masyarakat akan menyebabkan pengaruh positif dan negatif. Contoh kontak kebudayaan Indonesia dengan kebudayaa barat Eropa. Pengaruh positif yang di dapat oleh masyarakat Indonesia antara lain berupa transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun pengaruh negatif yang diperoleh bangsa Indonesia dapat berupa sikap sekelompok anak muda di dalam masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan westernis. Proses terjadinya pengaruh perubahan karena kontak kebudayaan dengan masyarakat lain dijelaskan sebagai berikut 1 Difusi kebudayaan penyebaran unsur kebudayaan dari suatu tempat lain 2 Akulturasi kebudayaan pertemuan antar dua kebudayaan atau lebih di mana kebudayaan asli masih tampak. 3 Asimilasi kebudayaan proses pertemuan dan percampuran dua kebudayaan atau lebih. Faktor yang merubah terjadinya asimilasi antara lain toleransi, pernikahan campur, atau sikap simpati terhadap kebudayaan lain. Di dalam masyarakat yang mengalami suatu proses perubahan, terdapat faktor- faktor pendorong jalannya perubahan. Margono Slamet menyebutkan bahwa terdapat kekuatan-kekuatan pendorong motivational forces yang mempengaruhi perubahan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut a. Adanya ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena itu ada keinginan akan situai yang lain. b. Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara apa yang ada dengan yang seharusnya bisa ada. c. Adanya tekanan-tekanan dari luar, seperti persaingan atau kompetisi, keharusan-keharusan menyesuaikan diri, dan sebagainya. d. Adanya kebutuhan-kebutuhan daridalam untuk mencapai efisiensi dan peningkatan, misalnya produktivitas. F. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan Laju perubahan sosial budaya setiap daerah berbeda-beda. Lihat saja, masyarakat kota lebih cepat mengalami perubahan dibandingkan masyarakat desa. Laju perubahan sosial budaya dalam masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat. a. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya Faktor-faktor pendorong perubahan sosial budaya sebagai berikut. 1 Kontak dengan Budaya Lain Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan, dan hasil-hasil budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu kebudayaan bertemu dan saling bertukar informasi. Misalnya kontak dagang antara pedagang nusantara dengan pedagang India, Arab, dan Barat. Kebudayaan mereka saling mempengaruhi yang akhirnya membawa perubahan sosial budaya. Oleh karena itu, seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan mempercepat laju perubahan sosial budaya. 2 Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang enggan untuk berkarya. Namun, akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil karya orang lain. Setiap orang akan berlomba-lomba menciptakan suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Karya-karya inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya. Penemuan pesawat terbang mengilhami Prof. Dr. Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di Bandung. 3 Sistem Pendidikan yang Maju Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif. Dengan kemampuan tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang sesuai dengan kebutuhan serta kebudayaan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu seseorang melakukan perubahan pada kebudayaan jika dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem pendidikan tinggi mampu mendorong munculnya perubahan sosial budaya. 4 Keinginan untuk Maju Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka umumnya menginginkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Oleh karena itu, orang akan melakukan berbagai upaya guna melakukan perubahan hidup yang tentunya ke arah kemajuan. Misalnya seorang pelajar mengikuti kursus komputer untuk menambah pengetahuan dan keterampilan komputer. 5.Toleransi terhadap Perubahan Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih mudah menerima halhal baru. Masyarakat akan menerima hal-hal baru yang dirasa membawa kebaikan. 6 Penduduk yang Heterogen Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial budaya. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku, ras, dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak selamanya membawa keuntungan bagi Indonesia. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik jika tidak disertai dengan rasa toleransi yang tinggi. Konflik-konflik inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya. 7 Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai cara dan upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap keadaan mendorongnya melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun terjadi pada masyarakat Indonesia ketika reformasi digulirkan. Rasa tidak puas terhadap pemerintahan saat itu mendorong masyarakat menuntut perubahan secara total. 8 Sistem Pelapisan Terbuka Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang lebih tinggi. Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju. Kesempatan untuk menaiki strata yang lebih tinggi mendorong seseorang melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. 9 Orientasi ke Masa Depan Visioner Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam perubahan. Bagi mereka masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang, bukan sebagai pedoman hidup. Masa depan harus lebih baik dari masa sekarang. Visi inilah yang mendorong seseorang melakukan perubahan. 10 Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima perubahan tersebut. Keadaan ini menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun yang menanggapi perubahan tersebut. Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa ada masyarakat yang mengikutinya. Oleh karena itu, sikap mudah menerima hal-hal baru mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat. b. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya Faktor-faktor penghambat perubahan sosial budaya sebagai berikut. 1 Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain mengalami perubahan yang lamban. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui perkembangan masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka terkukung dalam kebudayaan mereka dan polapola pemikiran yang masih sederhana. Contohnya suku-suku bangsa yang masih tinggal di pedalaman. 2 Masyarakat yang Bersikap Tradisional Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada. Mereka menolak segala hal baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan kebiasaan diagung-agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut untuk maju. 3 Pendidikan yang Rendah Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat menerima hal-hal baru. Pola pikir dan cara pandang mereka masih bersifat sederhana. Mereka umumnya enggan mengikuti gerak perubahan yang ada. Artinya, masyarakat statis dan tidak mengalami perubahan yang berarti. 4 Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang vested interest Adanya vested interest yang kuat dalam suatu kelompok menyebabkan perubahan sulit terjadi. Hal ini dikarenakan setiap kelompok yang telah menikmati kedudukannya akan menolak segala bentuk perubahan. Mereka akan berusaha mempertahankan sistem yang telah ada. Mereka takut adanya perubahan akan mengubah kedudukan dan statusnya dalam masyarakat. 5 Ketakutan akan Terjadinya Kegoyahan Integrasi Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat pada karena itu, integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi oleh masyarakat. Segala hal baru ditolak untuk menghindari kegoyahan dalam integrasi masyarakat. 6 Prasangka Buruk terhadap Unsur Budaya Asing Sikap demikian sering dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa asing. Pengalaman-pengalaman tempo dahulu menyebabkan mereka senantiasa berprasangka buruk terhadap budaya asing. Akibatnya, mereka menolak segala hal baru terutama berasal dari bangsa asing, walaupun akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. 7 Hambatan Ideologis Perubahan yang bersifat ideologi sangat sulit dilakukan. Mengapa demikian? Setiap orang memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup yang paling mendasar. Oleh karena itu, perubahan yang bersifat ideologis tidak mungkin terjadi terlebih pada masyarakat tradisional ketika ideologi dipegang kuat dalam kehidupan sosial. 8 Adat atau kebiasaan Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut efektif lagi didalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, system mata pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk di rubah. G. Proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan 1. penyesuaian masyarakat terhadap perubahan Keserasian atau harmoni dalam masyarakat social equilibrium merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan adanya ketentraman, karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat dapat menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatanya dengan maksud menerima unsur yang baru. Akan tetapi, kadang kala unsur baru dipaksakan masuknya oleh suatu kekuatan. Apabila masyarakat tidak dapat menolaknya karena unsur baru tersebut tidak menimbulkan kegoncangan,pengaruhnya tetap ada, akan tetapi sikapnya dangkal dan hanya terbatas pada bentukluarnya. Norma-norma dan nilai-nilai sosial tidak akan terpengaruh olehnya, dan dapat berfungsi secara wajar. Adakalanya unsur, unsur baru dan lama yang betentangan secara bersamaan mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga masyarakat. Itu berarti adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa ketegangan-ketegangan serta kekcewaan diantara para warga tidak mempunyai saluran pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian adjustment bila sebaliknya yang terjadi maka dinamakan ketidak penyesuaian sosial maladjustment yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie. Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga-lembaga kemasyarakatan dan penyesuaian dan individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Yang pertama menunjuk pada keadaan, di mana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. Sedangkan yang kedua menunjuk pada usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah diubah atau diganti, agar terhindar dari disorganisasi psikologis. Di minangkabau misalnya dimana menurut tradisi wanita mempunyai keududukan penting karena garis keturunan yang matrilineal, terlihat adanya suatu kecenderungan di mana hubungan antara anggota keluarga batih lebih erat. Hubungan antara anak-anak dengan ayahnya yang semula dianggap tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah dianggap sebagai orang luar cenderung menguat. 2. Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan avenue or channel of change merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama,rekreasi dan seterusnya. Apabila lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut sebagai suatu sistem sosial digambarkan, maka coraknya sebagai berikut Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut di atas merupakan suatu struktur apabila mencakup hubungan antar lembaga-lambaga kemasyarakatan yang mempunyai pola-pola tertentu dankeserasian tertentu. Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu perubahan dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau dengan singkat, mengalami proses institutionalization pelembagaan 3. Disorganisasi disintergrasi dan reorganisasi reintergrasi a. pengertian Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu kebulatan, misalnya masyarakat, agar dapat berfungsi sebagai organisasi, harus ada keserasian antar bagian-bagianya. Kriteria terjadinya disorganisasi antara lain terletak pada persoalan apakah organisasi tersebut berfungsi secara semestinya atau tidak baik, masalah lain yang sering timbul adalah disorganisasi dalam masyarakat acapkali dihubungkan dengan moral yaitu anggapan-anggapan tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Suatu disorganisasi atau disintergrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, karena perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sedangkan reorganisasi atau reintergrasi adalah suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan. Tahap reorganisasi dilaksanakan apabilanorma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga institutionalized dalam diri warga masyarakat. Berasil tidaknya proses pelembagaan institutionalization tersebut dalam masyarakat, mengikuti formula sebagai berikut. Pelembagaan institutionalization = efektivitas menanam – kekuatan menentang masyarakat Kecepatan menanam Yang dimaksud dengan efektivitas menanam adalah hasil positif penggunaan tenaga manusia, alat, organisasi dan metode didalam menanamkan lembaga baru. Semakin besar kemampuan tenaga manusia, alat-alat yang dipakai organisasi yang tertibnya dan system penanaman sesuai dengan kebudayaan masyarakat makin besar pula hasil yang dapat dicapai oleh usaha penanaman lembaga baru itu. b. Suatu gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi Gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi dalam masyarakat pernah dilukiskan oleh dan Florian Znaniecki dalam karya klasiknya yang berjudul The Polish Peasant in Europe and Amerika. Khusus tentang On disorganization and Reorganization mereka membentangkan pengaruh dari suatu masyarakat yang tradisional dan masyarakat yang modern terhadap jiwa anggotanya, watak atau jiwa seseorang sedikit banyak merupakan pencerminan kebudayaan masyarakatnya. Pada masyarakat-masyarakat tradisional, aktivitas seseorang sepenuhnya berada di bawah kepentingan sesuatu didasarkan pada tradisi dan setiap usaha untuk mengubah suatu unsur saja, itu berarti bahwa sedang ada usaha untuk mengubah struktur masyarakat seluruhnya. Struktur di anggap sesuatu yang suci, tak dapat di ubah-ubah dengan drastis dan berjalan lambat sekali. Perubahan dari suatu masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat yang modern akan mengakibatkan pula perubahan dalam jiwa setiap anggota masyarakat itu. c. Ketidakserasian perubahan-perubahan dan ketertinggalan budaya cultural lag Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu perubahan-perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan mengalami kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat berubah, akan tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Biasanya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah dari pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Apabila terdapat unsur-unsur yang tidak mempunyai hubungan yang erat, maka tak ada persoalan mengenai tidal adanya keseimbangan lajunya perubahan-perubahan. Misalnya suatu perubahan dalam cara bertani, tidak begitu pengaruh terhadap tarian-tarian tradisional, akan tetapi sistem pendidikan anak-anak mempunyai hubungan yang erat dengan dipekerjakannya tenaga-tenaga wanita pada industri, misalnya, apabila dalam hal ini terjadi ketidakserasian, maka kemungkinan akan terjadi kegoyahan dalam hubungan antara-antara unsur-unsur tersebut diatas, sehingga keserasian masyarakat terganggu. Suatu teori yang terkenal di dalam sosiologi mengenai perubahan dalam masyarakat adalah teori ketertinggalan budaya cultural lag dari William teori tersebut mulai dengan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhanya seprti di uraikan sebelumnya, akan tetapi ada bagian yang tumbuh cepat, sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat, dinamakan cultural lag artinya ketertinggalan kebudayaan, juga suatu ketertinggalan lag terjadi apabila laju perubahan dari dua unsur masyarakat atau kebudayaan mungkin juga lebih yang mempunyai korelasi, tidak sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya. H. Sikap kritis masyarakat terhadap perubahan sosial dan kebudayaan Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat, apapun bentuk dan jenis unsur yang berubah akan meninggalkan suatu kondisi yang baru. Peralihan dari kondisi lama kepada kondisi baru tersebut dinamakan lama dan baru bukan merupakan keadaan yang terpisah, melainkan saling singkat dikatakan bahwa kondisi sekarang merupakan hasil dari proses perubahan di waktu lampau dan kondisi sekarang ini pun akan mengalami perubahan membentuk keadaan baru di masa depan. Selain ada unsur-unsur yang berubah, di dalam masyarakat terdapat juga unsu-unsur sosial dan kebudayaan yang tidak mengalami yang tidak mengubah unsur kebudayaan fundamental yang diajadikan pedoman hidup, misalnya ideology. Selain itu ada pula unsur-unsur sosial atau kebudayaan yang jika berubah dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan system atau menimbulkan kegoncangan dalammasyarakat. Bierens de Hann menyebutkan adanya dua unsur perubahan didalam masyarakat 1. Unsur statika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang cenderung mempertahankan sesuatu keadaan untuk tidak berubah, seperti adanya vested interest atau golongan orang-orang yang menghendaki status quokeadaan yang tetap. 2. Unsur dinamika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang menghendaki adanya perubahan, misalnya perubahan lingkungan alam, perubahan struktur sosial, nilai-nilai sosial, dan sebagainya, Oleh karena itu, masyarakat umum dan masyarakat Indonesia pada khususnya, hendaknya menyikapi perubahan apapun yang terjadi secara Indonesia harus mampu mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan setiap perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut harus diantisipasi dengan perilaku-perilaku yang positif. Jangan sampai pada saat terjadi perubahan sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum punya pegangan nilai dan norma yang kokoh, sehingga terjadi keadaan anomie. Selain itu, masyarakat Indonesia hendaknya jangan terlalu bersikap apriori terhadap perubahan sosial dan budaya, hingga tidak ingin menerima perubahan sama sekali. Sikap apriori ini menyebabkan ketertinggalan kebudayaan. Kita sadari bahwa perubahan sosial dan budaya akan terjadi dalam masyarakat selama masyarakat itu masih ada. Sikap terbaik kita adalah haros selektif dalam menerima perubahan, kita harus mampu memilih yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan mebandingkanya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di indonesia misalnya, akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang mana sering berjalan secara tersebut memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan. B. Kritik dan Saran Makalah yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami berharap pembaca terutama Bapak Dosen dapat memberikan kritik dan saran konstruktif kepada kami untuk perbaikan makalah agar lebih bagus lagi. DAFTAR PUSTAKA Prof. DR. Soerjono Soekanto, SH, MA,1990.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta Rajawali pers. Tim Absi Guru, 2007.IPS Terpadu untuk SMP Kelas 3. Jakarta Erlangga Wismuliani, Endar dkk, 2009, IPS untuk SMP dan MTs Kelas IX, Jakarta Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 57 – 67. SL4iYf. 130 133 8 170 480 97 191 400 55

makalah perubahan sosial dan kebudayaan